Gigi retak atau cracked tooth merupakan salah satu permasalahan gigi akibat mengonsumsi makanan keras dan salah posisi dalam mengunyah makanan. Gejala rasa sakit tidak terjadi secara terus-menerus pada gigi retak ini sehingga kerap kali diabaikan.
Oleh karena itu, dokter gigi harus pula untuk melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh sebab gigi retak itu bersifat halus dan susah terlihat secara klinis.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab gigi retak.
Sedangkan beberapa dari gejala gigi retak bisa disimak berikut ini.
Untuk memeriksa gigi retak, ada rumah sakit yang mempunyai alat periksa 3D Cone Beam Computed Tomography (CBCT). Alat ini sanggup menghasilkan pencitraan rinci yang lebih tajam atau bahkan slice by slice.
Penanganan pada kasus gigi retak yang tidak sampai ke ruang pulpa adalah cukup dengan membuat mahkota tiruan atau crown. Sementara itu, pada kasus yang lebih berat, maka saluran akar gigi harus terlebih dahulu dirawat dan dilakukan aplikasi bahan Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebelum dipasang mahkota.
Bila kondisi retakan sudah berada jauh hingga ke akar atau gigi yang telah terbelah, maka gigi terpaksa harus dicabut dan diganti dengan gigi tiruan atau implan.
Oleh karena itu, dokter gigi harus pula untuk melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh sebab gigi retak itu bersifat halus dan susah terlihat secara klinis.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab gigi retak.
- Menggigit obyek yang keras sekali secara tidak sengaja. Misalnya, tulang, batu, dan krupuk.
- Kebiasaan buruk seperti menggretak-gretakkan gigi, mengunyah es batu, dan membuka tutup botol menggunakan gigi.
- Salah posisi dalam mengunyah yang menyebabkan gigi graham berbenturan keras dengan gigi lawan sehingga menyebabkan gigi retak.
- Gigi dengan tambalan besar atau gigi yang sudah dirawat saluran akar lebih lemah dari pada gigi normal sehingga lebih cenderung untuk menjadi retak.
Sedangkan beberapa dari gejala gigi retak bisa disimak berikut ini.
- Rasa sakit di gigi ketika menggigit atau mengunyah.
- Rasa sakit ini tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan hanya jika digunakan untuk mengunyah saja.
- Gigi menjadi lebih sensitif terhadap suhu dingin.
- Gejala dapat bertahan selama berbulan-bulan, namun kerap kali terabaikan karena gejalanya yang tidak konsisten.
- Bila retak memburuk, maka gigi menjadi goyang.
Untuk memeriksa gigi retak, ada rumah sakit yang mempunyai alat periksa 3D Cone Beam Computed Tomography (CBCT). Alat ini sanggup menghasilkan pencitraan rinci yang lebih tajam atau bahkan slice by slice.
Penanganan pada kasus gigi retak yang tidak sampai ke ruang pulpa adalah cukup dengan membuat mahkota tiruan atau crown. Sementara itu, pada kasus yang lebih berat, maka saluran akar gigi harus terlebih dahulu dirawat dan dilakukan aplikasi bahan Mineral Trioxide Aggregate (MTA) sebelum dipasang mahkota.
Bila kondisi retakan sudah berada jauh hingga ke akar atau gigi yang telah terbelah, maka gigi terpaksa harus dicabut dan diganti dengan gigi tiruan atau implan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar