Kita harus bersyukur hidup di Indonesia karena adanya sinar matahari yang sangat berlimpah dan hadir sepanjang tahun. Meskipun begitu, selain bermanfaat untuk kehidupan manusia, sinar matahari juga mengandung efek negatif bagi kulit. Kulit yang terkena sinar matahari di siang hari yang terik dapat membuat kulit terbakar (sunburn), iritasi, kemerahan, dan hiperpigmentasi.
Di dalam sinar matahari terkandung sinar Ultraviolet A (UVA) dan Ultraviolet B (UVB) yang dapat merusak lapisan dalam kulit. Meskipun tidak tekena secara langsung, sinar matahari ini tetap dapat masuk ke kulit melalui pantulan gedung, kaca, jalan, tanah, dan pasir. Dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan penuaan dini, kering, dan keriput.
Sebenarnya kulit orang Indonesia sudah sesuai dengan iklim tropis karena mengandung pigmen yang cocok dengan iklim ini, namun tetap membutuhkan tabir surya. Krim tabir surya ini penting untuk digunakan setiap hari. Di pasaran, tersedia krim tabir surya dengan nilai SPF (sun protection factor) yang beragam. Mulai dari belasan, 30, hingga 65.
Dari lima tipe kulit, Indonesia masuk tipe kulit antara 3 - 4 yang bila terpapar sedang saja sudah kecokelatan. Sedangkan kulit Eropa tipe 1 membutuhkan SPF yang tinggi. Kulit Indonesia tidak memerlukan SPF setinggi orang bule. Bila tetap memakai SPF yang tinggi, maka akan membuat risiko iritasi lebih tinggi dan kulit menjadi lebih gelap.
Orang Indonesia mempunyai kulit dengan butir pigmen yang lebih banyak dan lebih gelap dibanding kulit orang bule. Hal ini menunjukkan bahwa orang Indonesia hanya memerlukan SPF 17 untuk melindungi kulit dari bahaya paparan sinar matahari (UVA dan UVB).
Iklim tropis yang panas dan mempunyai kelembaban tinggi, membuat kulit orang Indonesia cenderung mudah terbakar, kering, cepat hitam atau belang, kusam dan menjadi pemicu timbulnya flek hitam hingga penuaan dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar